Sawatdee ka~ admin sekarang mau bahas tentang pernikahan tradisi masyarakat di thailand ^^ selamat membacaaaaa :D
Setiap masyarakat di daerah berbeda tentu saja mempunyai tradisi
pernikahan yang berbeda. Seperti halnya dengan tradisi pernikahan di
masyarakat Thailand.
Sebagian besar pasangan di negara gajah putih itu lebih memilih
bertunangan dan upacara perkawinan mereka dilaksanakan pada hari yang
sama. Mereka melakukan pertunangan pada pagi hari, siangnya mengadakan
upacara perkawinan, dan resepsinya pada malam hati.
Perkawinan
di Thailand ditentukan oleh seorang pendeta Budha berdasarkan pada
ulang tahun dan tanggal kelahiran dari pasangan calon pengantin agar
mendapatkan hari yang paling cocok dan baik bagi mereka untuk menikah.
Uniknya sebelum upacara pertunangan dilakukan, orangtua calon
mempelai pria harus memohon persetujuan pada orang tua calon mempelai
perempuan dan menanyakan nilai mas kawin yang mereka inginkan. Di
Thailand, mas kawin disebut sebagai thong mun.
Thong berarti emas dan mun berarti pertunangan. Tetapi, ada juga yang
disebut dengan ‘dosa sodt’ dan tentu saja nilainya ditentukan oleh
keluarga calon pengantin perempuan.
Biasanya mas kawin itu akan berupa emas dan uang. Bahkan
kadang-kadang properti. Semua mas kawin itu akan kembali ke tangan
pengantin setelah pernikahan selesai diselenggarakan.
Kebanyakan pengantin di Thailand tidak mendaftarkan perkawinan mereka
pada catatan sipil karena mereka beranggapan bahwa pemberkatan secara
Agama Budha itu lebih penting daripada legislatif (secara hukum).
Tapi, tidak sedikit juga pasangan yang mendaftarkan pernikahan mereka
secara hukum di kantor Amphur setempat selain melakukan upacara
pernikahan.
Selama upacara pernikahan berlangsung mempelai perempuan dan pria
masing-masing memakai rangkaian bunga pada kepala mereka yang terhubung
menjadi satu.
Kedua mempelai akan diberikan berkat oleh orangtua dan para sesepuh
baik dari keluarga pasangan pengantin pria maupun perempuan dengan cara
berlutut di hadapan mereka dan menuangkan air pada kedua telak tangan
mempelai yang ditautkan menjadi satu yaitu tangan pengantin perempuan
menempel pada satu telapak tangan pengantin pria.
Air dituangkan dari sejenis kerang tertentu untuk menuangkan air
tersebut dan kadang-kadang pendeta Budha diundang untuk membacakan kitab
suci Budha.
Upacara perkawinan di Thailand antara umat Budha pada umumnya dibagi
menjadi dua bagian yaitu Budha komponen yang mencakup pembacaan doa dan
persembahan makanan dan hadiah-hadiah lainnya untuk para biarawan dan
gambar Budha.
Bagian kedua adalah komponen non-Budhis yang berakar pada tradisi rakyat yang berpusat pada pasangan suami-istri.
Selain penganut Agama Budha, di Thailand juga ada pernikahan muslim
untuk para penganut Agama Islam. Tentu saja komponen keagamaan upacara
pernikahan pada penganut Agama Budha dan penganut Agama Islam akan
berbeda. Pemimpin upacara pernikahan adalah Imam.
Imam masjid setempat, pengantin laki-laki, ayah pengantin perempuan,
laki-laki dalam keluarga, dan orang-orang penting dalam masyarakat duduk
dalam lingkaran selama upacara.
Sedangkan untuk para semua perempuan, termasuk mempelai perempuan,
duduk di ruang terpisah dan tidak memiliki partisipasi langsung dalam
upacara.
Komponen upacara lain selebihnya sama dengan upacara pernikahan antar
umat Budha Thailand. Satu-satunya perbedaan penting yang cukup nyata
terlihat adalah makanan yang disajikan tidak berasal dari daging babi.
Pada upacara pernikahan muslim Thailand daging yang disajikan kepada
tamu adalah daging kambing dan daging sapi daripada daging babi.
Hal ini karena bagi penganut Agama Islam daging babi haram dan tidak
boleh untuk dimakan. Sedangkan untuk sistem mas kawin antara Budhis dan
Muslim Thailand sama saja. (an/jun)
Gimana? apa informasi ini cukup? admin harap sih cukup hihi~ bye bye
Sumber :
Setiap masyarakat di daerah berbeda tentu saja mempunyai tradisi
pernikahan yang berbeda. Seperti halnya dengan tradisi pernikahan di
masyarakat Thailand.
Sebagian besar pasangan di negara gajah putih itu lebih memilih
bertunangan dan upacara perkawinan mereka dilaksanakan pada hari yang
sama. Mereka melakukan pertunangan pada pagi hari, siangnya mengadakan
upacara perkawinan, dan resepsinya pada malam hati.
Perkawinan
di Thailand ditentukan oleh seorang pendeta Budha berdasarkan pada
ulang tahun dan tanggal kelahiran dari pasangan calon pengantin agar
mendapatkan hari yang paling cocok dan baik bagi mereka untuk menikah.
Uniknya sebelum upacara pertunangan dilakukan, orangtua calon
mempelai pria harus memohon persetujuan pada orang tua calon mempelai
perempuan dan menanyakan nilai mas kawin yang mereka inginkan. Di
Thailand, mas kawin disebut sebagai thong mun.
Thong berarti emas dan mun berarti pertunangan. Tetapi, ada juga yang
disebut dengan ‘dosa sodt’ dan tentu saja nilainya ditentukan oleh
keluarga calon pengantin perempuan.
Biasanya mas kawin itu akan berupa emas dan uang. Bahkan
kadang-kadang properti. Semua mas kawin itu akan kembali ke tangan
pengantin setelah pernikahan selesai diselenggarakan.
Kebanyakan pengantin di Thailand tidak mendaftarkan perkawinan mereka
pada catatan sipil karena mereka beranggapan bahwa pemberkatan secara
Agama Budha itu lebih penting daripada legislatif (secara hukum).
Tapi, tidak sedikit juga pasangan yang mendaftarkan pernikahan mereka
secara hukum di kantor Amphur setempat selain melakukan upacara
pernikahan.
Selama upacara pernikahan berlangsung mempelai perempuan dan pria
masing-masing memakai rangkaian bunga pada kepala mereka yang terhubung
menjadi satu.
Kedua mempelai akan diberikan berkat oleh orangtua dan para sesepuh
baik dari keluarga pasangan pengantin pria maupun perempuan dengan cara
berlutut di hadapan mereka dan menuangkan air pada kedua telak tangan
mempelai yang ditautkan menjadi satu yaitu tangan pengantin perempuan
menempel pada satu telapak tangan pengantin pria.
Air dituangkan dari sejenis kerang tertentu untuk menuangkan air
tersebut dan kadang-kadang pendeta Budha diundang untuk membacakan kitab
suci Budha.
Upacara perkawinan di Thailand antara umat Budha pada umumnya dibagi
menjadi dua bagian yaitu Budha komponen yang mencakup pembacaan doa dan
persembahan makanan dan hadiah-hadiah lainnya untuk para biarawan dan
gambar Budha.
Bagian kedua adalah komponen non-Budhis yang berakar pada tradisi rakyat yang berpusat pada pasangan suami-istri.
Selain penganut Agama Budha, di Thailand juga ada pernikahan muslim
untuk para penganut Agama Islam. Tentu saja komponen keagamaan upacara
pernikahan pada penganut Agama Budha dan penganut Agama Islam akan
berbeda. Pemimpin upacara pernikahan adalah Imam.
Imam masjid setempat, pengantin laki-laki, ayah pengantin perempuan,
laki-laki dalam keluarga, dan orang-orang penting dalam masyarakat duduk
dalam lingkaran selama upacara.
Sedangkan untuk para semua perempuan, termasuk mempelai perempuan,
duduk di ruang terpisah dan tidak memiliki partisipasi langsung dalam
upacara.
Komponen upacara lain selebihnya sama dengan upacara pernikahan antar
umat Budha Thailand. Satu-satunya perbedaan penting yang cukup nyata
terlihat adalah makanan yang disajikan tidak berasal dari daging babi.
Pada upacara pernikahan muslim Thailand daging yang disajikan kepada
tamu adalah daging kambing dan daging sapi daripada daging babi.
Hal ini karena bagi penganut Agama Islam daging babi haram dan tidak
boleh untuk dimakan. Sedangkan untuk sistem mas kawin antara Budhis dan
Muslim Thailand sama saja. (an/jun)
Gimana? apa informasi ini cukup? admin harap sih cukup hihi~ bye bye
Sumber : http://wedding.perempuan.com/pernikahan-tradisi-masyarakat-thailand/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar